Mereka peduli...


Hari ini aku hampir pingsan di pasar, saat sedang menunggu penjual ikan membersihkan ikan yang kubeli tiba-tiba saja aku merasa sekelilingku menjadi kuning dan bergerak-gerak, rasa dingin menjalari tubuhku dan membuat kakiku mulai gemetar. Terhuyung aku mencari pegangan pada pinggiran meja penjual ikan di depanku.

"kenapa yuk...? " samar-samar kudengar suara dari penjual tersebut. - ayuk adalah panggilan untuk kakak perempuan di Bengkulu-
"saya mau pingsan...boleh saya numpang duduk sebentar?" rasanya sebentar lagi aku benar-benar akan jatuh.
Penjual ikan itu buru-buru membereskan barang-barang di meja di belakangnya dan menyuruhku duduk di situ. Aku berpegangan dengan tiang-tiang los yang ada disitu dan langsung naik ke meja tersebut.
Ya Allah...jangan sampai aku pingsan disini.. teringat beberapa tahun lalu aku pernah pingsan di pasar ini dan jatuh menimpa tumpukan bawang merah, sakitnya tak seberapa tapi malunya bukan main karena dikerumuni orang banyak.
Suara-suara di sekelilingku seperti berdengung tidak jelas dan rasanya kepalaku semakin berat saja, aku berpegangan pada pinggir meja jangan sampai jatuh, aku harus kuat. 
Tiba-tiba ada yang mengulurkan segelas air mineral padaku "minum dulu yuk..." katanya.
Aku meraih minuman yang diberikan dan meminumnya, Alhamdulillah tak lama kemudian aku mulai merasa lebih baik, sekarang aku bisa melihat jelas di sekelilingku.

Rupanya aku sudah duduk di atas meja dan didekatku berderet meja-meja tempat penjual menaruh ikan ikannya, waduhh aku berpikir untung saja tadi aku tidak sampai kehilangan kesadaran sama sekali. Terbayang kalau aku sampai jatuh di antara ikan-ikan itu atau jatuh ke lantai pasar yang basah dan kotor.
"tadi kenapa yuk..kepanasan ya?" itu suara orang yang tadi memberikan minuman kepadaku, segera aku menoleh kepadanya, laki-laki usianya mungkin sekitar dua puluhan.
"minum lagi yuk biar ga kepanasan " suara temannya ikut menimpali, usia mereka nampaknya sebaya.
Aku baru menyadari sekelilingku sekarang, semua penjual ikan disini laki-laki, aku nampak mencolok duduk diantara mereka dengan jilbab putihku. Tapi kemudian mereka mulai sibuk lagi melayani pembeli yang cukup ramai.

Setelah menghabiskan minuman yang tadi diberikan aku merasa sudah cukup kuat untuk berdiri, sebaiknya aku segera pulang jadi bisa istirahat di rumah pikirku.
"udah kuat yuk...?" orang yang tadi membelikanku minuman nampak kuatir
"sudah...sudah kuat....makasih yaa...saya pulang saja udah kuat berdiri" kataku.
''rumahnya jauh yuk?" dia bertanya lagi.
"dekat koq, maksih ya udah menolong saya tadi" jawabku lagi.
"ya udah...hati hati ya yuk " katanya tersenyum
Aku mengucapkan terima kasih lagi kepadanya dan juga kepada semua teman-temannya, mereka semua tersenyum. Ingin menangis rasanya, Alhamdulillah Allah masih menjagaku dan menggerakkan hati orang-orang baik itu untuk menolongku hari ini.

Sampai di rumah setelah membersihkan diri dan beristirahat aku kembali mengingat-ingat kejadian di pasar tadi, dulu aku sangat tidak suka kalau berada di los penjual ikan dan daging, ketidaksukaanku pada mereka bahkan juga pernah kutuliskan di blogku ini belajar dari pasar. maklumlah  penjualnya yang semuanya laki-laki itu berisik sekali, apalagi kalau ada cewe cantik yang lewat mulut mereka dengan usilnya bersuit-suit seperti burung. Di mataku mereka adalah sekumpulan orang-orang yang kasar dan tidak punya sopan santun. Tapi ternyata aku salah menilai mereka, buktinya hari ini mereka menyelamatkanku. 
Teringat bagaimana aku sering menjawab dengan ketus setiap kali mereka mencoba bertanya dengan sok akrab kepadaku. Mungkin itulah cara mereka berkomunikasi dan cara mereka mengomentari sesuatu. Cara mereka yang kuanggap kasar dan tidak sopan, bahasa sehari-hari mereka yang tidak aku pahami. Aku menyesal, seharusnya aku bisa lebih memahami mengapa mereka berbicara dan bertingkah seperti itu,  
Sekarang setelah aku sadari mereka hanya usil pada wanita yang bajunya kurang sopan, mereka tidak pernah mengganggu wanita yang berjilbab dan tertutup pakaian longgar.  Apa jadinya kalau seandainya tadi mereka tidak peduli padaku dan membiarkanku berdiri di pasar itu, pasti aku sudah benar-benar pingsan dan jatuh diantara ikan-ikan itu. 

Ya Allah, aku bahkan lupa menanyakan siapa nama orang yang sudah menolong dan membelikanku minuman tadi...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?