Ramadhan adalah mama

Aku tak pernah melihat orang yang sangat gembira saat bulan Ramadhan tiba selain mamaku. Mamaku selalu menyambut datangnya bulan suci dengan cara yang spesial. Kesibukannya akan dimulai dari beberapa hari sebelum Ramadhan, mama dengan suka cita membersihkan rumah bahkan ke bagian-bagian yang jarang dibersihkan seperti gudang, mencuci semua gorden jendela dan mencuci stoples yang akan digunakan saat lebaran nanti. Semakin dekat hari pertama puasa, mama akan belanja ekstra banyak dan spesial dibanding hari -hari biasanya.

Mama akan tidur larut untuk mulai membaca Al quran agar bisa khatam saat Ramadhan berakhir, selesai tilawah beliau memastikan semua lauk sudah disiapkan untuk disantap sahur besok pagi. Mama bangun paling awal untuk mulai memanaskan dan menyiapkan menu sahur kami sekeluarga lalu setelah siap mulai membangunkan kami satu persatu, kami biasanya bangun dengan muka masih ngantuk dan perasaan segan untuk makan, lalu beliau dengan sabar menyuruh kami cuci muka dan mulai makan. Setelah makan sahur beliau siap-siap ke masjid untuk sholat shubuh berjamaah bersama ibu-ibu tetangga, tak jarang sepulang beliau dari masjid kami sudah tidur kembali tapi beliau akan mengaji sampai matahari naik...

Menjelang sore beliau akan sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan berbuka puasa, di meja makan sudah tersedia berbagai macam kue, kolak, es buah atau sirup, dan tentunya juga berbagai macam lauk. Kami anak-anaknya biasanya selalu ribut besok minta dimasakkan ini,  atau minta dibuatkan itu dan mama akan selalu memenuhi permintaan kami. Selesai berbuka dan sholat magrib sementara kami beristirahat karena kekenyangan mama sudah siap ke masjid untuk sholat tarawih berjamaah.

Lebaran sudah dekat, mama akan semakin sibuk,  mulai dari berbelanja bahan untuk membuat kue, membuat kue-kue kering dan mengatur kembali interior rumah agar kelihatan menarik saat hari raya. Saat malam takbiran tiba beliau akan tidur paling larut karena menyiapkan hidangan untuk hari raya besok.

Setiap kali hari terakhir Ramadhan tiba aku selalu mendengar mamaku berkata, berakhir sudah Ramadhon tahun ini, cepat sekali dan ga terasa...mudah-mudahan tahun depan masih bisa ketemu Ramadhon lagi...
Setiap tahun mama selalu mengucapkan kalimat itu sampai akhirnya beliau meninggal dan benar-benar tidak bertemu dengan Ramadhan lagi tahun berikutnya.

Sekarang setiap Ramadhan datang aku selalu teringat padanya, aku kehilangan sosoknya yang membuat Ramadhan bercahaya di rumah kami, Ramadhan selalu meninggalkan kenangan indah tentang dirinya. Ramadhan adalah merdu suaranya saat mengaji, wangi aroma masakan dan kue-kue yang dibuatnya, panggilan lembutnya membangunkan kami sahur... semua tentang Ramadhan adalah tentang mama, karena Ramadhan adalah mama....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?