Sahabat Dari Masa Ke Masa

Ada banyak teman yang ikut mewarnai dan mengisi hari-hari saya sepanjang waktu. Walaupun mungkin saya tidak memiliki teman dalam jumlah yang banyak, tetapi dimanapun dalam setiap fase di kehidupan saya, saya selalu memiliki sahabat yang ikut menemani hari-hari saya.

Di bangku Sekolah Dasar saya bersahabat dengan sepupu saya, karena rumah kami berdekatan kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Dalam prestasi sekolah dia selalu membayang-bayangi saya, walaupun selama enam tahun itu tidak pernah dia berhasil menggeser saya dan selalu menjadi juara ke 2. Waktu lulus SD kami berpisah karena saya mengikuti kedua orang tua saya pindah ke kota lain. Sejak itu kami masih sering bertemu walaupun tidak begitu akrab lagi, karena di SMP saya sudah bersahabat dengan teman yang lain. Tetapi mungkin seiring waktu dia bertambah pintar sedangkan saya tidak, lulus SMA dia diterima di fakultas kedokteran sedangkan saya hanya diterima di fakultas ekonomi. Karena malas belajar ekonomi akhirnya saya malah memutuskan masuk jenjang DIII. 
Di SMP saya punya dua orang sahabat,keduanya sangat berarti bagi saya, karena di masa SMP ini kami mulai menyukai majalah-majalah remaja bukan majalah anak-anak lagi seperti waktu di SD. Kami juga mulai mengidolakan artis terutama artis laki-laki dari luar negeri.  Pembicaraan kami tidak pernah lepas dari lagu-lagu dan cerpen. Dari sisi prestasi sekolah saya selalu dibawah mereka, dan urutan ketiga itu tidak pernah berubah sampai kami tamat SMP, tapi dalam mata pelajaran tertentu mereka tetap tidak bisa mengalahkan saya. Sahabat semasa SMP inilah yang paling berkesan sampai hari ini dalam hati saya, sampai hari ini saya masih merasa dekat dengan sosok mereka, masih teringat kenangan bermain di sawah dan mandi di sungai, juga berkemah di kampung-kampung. Sekarang sahabat saya itu sudah menjadi Dokter Gigi dan Guru. Tamat SMP kami pun berpisah, karena orang tua saya kembali dipindahkan ke kota lain.

Masuk SMA saya punya  dua orang sahabat, kemana-mana kami selalu bertiga, prestasi sekolah kami juga tidak terlalu konsisten, kadang saya yang paling atas, kadang sahabat saya. Karena kami masuk jurusan fisika dan pada waktu itu sekolah kami adalah sekolah favorit di kotaku, hari-hari kami lebih banyak disibukkan dengan belajar dan kegiatan extra kurikuler. Tidak banyak kegiatan bermain yang saya ingat bersama mereka, paling-paling hanya belajar bersama dan kadang bermain sepeda ke pantai. Lepas SMA saya berangkat ke Jakarta, teman saya yang satu ke Bandung, dan yang satu lagi tetap tinggal di kota kami. Sekarangpun walau kami tinggal sekota, kami jarang bertemu karena masing-masing sudah punya kesibukan di keluarga dan tempat pekerjaan, kebetulan kami bertiga sama-sama berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Di Jakarta masuk DIII, saya punya banyak teman karena saya aktif di kegiatan Rohani Islam kampus. Disini saya menemukan hal yang baru karena mereka mengajarkan kepada saya arti Ukhuwah Islamiyah. Saya sangat antusias dan merasa bahwa merekalah saudara-saudara saya seiman. Saya sempat merasakan saya sangat menyayangi teman-teman saya ini. 

Tetapi hidup mengajarkan hal lain yang tidak pernah saya duga, saya yang selalu memiliki teman dan sahabat dimanapun saya berada, bahkan kadang begitu selektif memilih teman, akhirnya saya mengetahui bahwa ada saat dimana teman dan sahabat sangat sulit didapat. Sejak itu saya merasa sendiri dan tak ingin berteman apalagi bersahabat, karena saya tidak tahu bagaimana caranya berbagi duka dengan sahabat. Selama ini sahabat selalu menemani dan berbagi kegembiraan, saya ragu bagaimana membagi duka ini kepada mereka. Saya memutuskan untuk bersembunyi dari mereka.

Waktulah yang menemani dan menyembuhkan luka saya, sekarang saya siap berbagi kegembiraan lagi dengan sahabat-sahabat saya, saya mencari mereka di situs jejaring sosial dan bahagianya sewaktu bertemu mereka kembali walau hanya di dunia maya
Di kantor saya menemukan dua orang sahabat yang sangat memotivasi saya untuk maju, yang seorang berprofesi Dokter dan satunya lagi berprofesi Psikolog. Kami sering berbagi banyak hal terutama masalah pekerjaan, minat, dan pengetahuan. tapi sangat jarang berbagi masalah pribadi, bukan karena tidak saling percaya tetapi karena kami saling menghormati privacy masing-masing. dengan mereka saya merasa nyaman, karena mereka tidak pernah bertanya dan mempermasalahkan siapa saya, mereka menerima saya sebagai teman tanpa banyak syarat dan tanya, dan tidak ingin mengusik duka di hati saya yang sudah lama terkubur.

Sahabat datang dan pergi dari masa ke masa meinggalkan warna dan kenangan dihati, tetapi ada satu yang tidak pernah pergi meninggalkan saya, Dialah tempat saya mengadu, menangis, dan berharap. Dialah yang setia menemani walaupun kadang hati saya tidak setia kepadaNYA, tetapi saya berdoa semoga sampai kapanpun cinta di dalam hati saya ini hanya untukNYA, dan semoga DIA juga mencintai sahabat-sahabat saya sepanjang masa dan menyatukan kami dalam cinta kepadaNYA. Amiin...

Komentar

  1. dr. Achmad H. Oktavianto17 September 2010 pukul 23.59

    Siapa dokter itu? dokter eel ya? wehehehe but it's OK, nice opinion, Tika..

    BalasHapus
  2. Termasuk sahabatnya tika gak yaa ???

    BalasHapus
  3. Makasih p.achmad....
    of course u r my friend ranu, thanks for asking hehehe.....

    BalasHapus
  4. ooohhh.... itu toh masalahnya, lanjutkan tik, hidup bukan untuk diratapi

    BalasHapus
  5. ah bang Halim apa adanya suka nebak2 aja dehh....hehe iya life must go on....thanks for being my best friend yaa....

    BalasHapus
  6. sepertinya cerita ini masih berlanjut dengan cerita sahabat selama di Semarang...heheheheeee.....

    rini

    BalasHapus
  7. betul sekali rin...insya allah akan ada sequelnya rin, doakan aja.....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?