To kill a mocking bird (Harper Lee)

Saya tertarik membeli novel ini dulu karena di sampul depannya tertulis “Guinness World Records, novel terlaris sepanjang masa, terjual lebih 30 juta copy”. Semakin membuat saya penasaran juga karena di bawah judulnya ditulis -mengisahkan tentang kasih sayang dan prasangka. Ok, by that time I really judged this book by it’s cover…
Tetapi semakin lama membaca saya semakin jatuh cinta pada sosok si kecil Scout dan kehidupan sederhana warga Maycomb lengkap dengan semua permasalahannya. Entah karena penulisnya yang begitu cerdas menggambarkan kejadian-kejadian dalam cerita atau mungkin juga karena sifat saya yang suka mengkhayal, novel ini sukses membuat saya seolah benar-benar berada di kota tua Maycomb dan ikut bermain bersama Scout dan Jem.


Ternyata kisahnya sederhana saja, tentang kehidupan dua orang anak Scout dan Jem Finch yang tinggal di kota tua Maycomb. Scout dan Jem Finch adalah dua kakak beradik berusia 8 dan 10 tahun , ayah mereka Atticus adalah seorang pengacara, sedangkan ibu mereka meninggal saat Si kecil Scout berusia dua tahun.

Tidak jauh dari rumah mereka tinggal keluarga Radley yang tidak pernah keluar rumah dan tidak bergaul dengan warga sekitarnya. Bagi Jem dan Scout Boo Radley adalah hantu yang hanya keluar jika malam telah larut. Seperti kebanyakan anak-anak seusia mereka yang selalu ingin tahu, mereka melakukan kenakalan khas anak-anak untuk membuat boo Radley keluar rumah dan menunjukkan dirinya. Jem yang penuh dengan ide dan Scout gadis kecil tomboy yang tidak takut apapun.

Kehidupan mereka berubah ketika ayah mereka Atticus membela seorang negro yang dianggap sampah masyarakat, kecaman pun datang dari seluruh penjuru kota, di tengah terpaan masalah yang menimpa keluarganya itulah si kecil Scout belajar bahwa kehidupan tidak melulu hitam dan putih. Suatu malam ketika Jem dan Scout pulang dari sebuah acara yang diadakan sekolah , mereka dikejar dan hendak dibunuh oleh seseorang yang tidak senang kepada ayah mereka karena kasus yang dibelanya.Orang jahat itu berhasil melukai Jem, dan ketika sedetik lagi dia akan menikam Scout dengan pisaunya tiba-tiba Boo Radley muncul dan menikam penjahat itu hingga tewas.

Sheriff kota Maycomb yang menyelidiki kejadian tersebut keesokan harinya mengatakan kepada ayah Scout bahwa Boo Radleylah yang telah menikam penjahat tersebut, tp Atticus tidak ingin mangganggu ketenangan Boo, karena jika Boo dianggap pahlawan maka orang-orang di Maycomb akan berdatangan ke rumahnya dan mengucapkan selamat. Ayah Scout Atticus tahu bahwa keluarga Radley punya alasan sendiri untuk selalu menyendiri dan tidak bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Karena itu Atticus berkata kepada Scout bahwa penjahat itu mati karena terjatuh dan menimpa pisaunya sendiri. "Aku mengerti ayah, itu sama saja seperti membunuh Mocking Bird" kata Scout.


Hikmah dari novel ini bahwa sebuah prasangka sering kali membutakan manusia, dan sebuah keadilan hanya dapat dilahirkan dari rasa cinta yang tak membedakan apa pun latar belakang seseorang. Seringkali kita terjebak pada opini yang sudah terlanjur tercipta di masyarakat , menerima semua yang dikatakan kebanyakan orang tanpa mencerna dan memahami duduk perkaranya. Cinta dan kasih sayang hanya bisa dihasilkan dari hati yang bersih, yang tidak berprasangka, sedangkan hati yang buruk dan penuh prasangka tak kan pernah mampu berbagi kasih dan cinta.

Novel yang bagus untuk dibaca, banyak hikmah di dalamnya, Itu resensi my novel kali ini, mudah-mudahan berguna buat semua pembaca. Bagi yang sudah pernah membaca, kita bisa saling berbagi pendapat tentang novel-novel bagus yang penuh hikmah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?