The Class (Erich Segal)


Dari semua novel yang pernah aku baca, ini yang paling aku sukai. Walaupun ceritanya fiktif tapi narasinya begitu nyata, informatif, membuat aku jadi membayangkan kampus tempat orang-orang pintar di seluruh dunia itu berkumpul. The class menceritakan kilas balik  lulusan Universitas Harvard kelas angkatan 58, dimulai dari Andrew Elliot yang gugup menghadapi reuni Harvard ke 25 yang akan diselenggarakan bulan depan. Teman-teman yang dulu menjadi rekan mahasiswanya, sekarang ada yang sudah menjadi senator, gubernur, rektor Harvard, dan yang mengagumkan beberapa diantara mereka masih bersama istri-istri pertama mereka. Elliot merasa gugup menghadapi reuni itu karena kegagalan rumah tangganya, dan juga karena merasa tidak ada yang dapat dibanggakan pada dirinya.
Menyandang nama belakang Elliot yang mempunyai hubungan yang kuat dengan Harvard dan terkenal dengan semua kebaikan dan keberhasilan keluarganya, membuat Andrew Elliot merasa terbebani, dia takut kehebatan nama keluarganya akan berakhir pada generasi dirinya. Dia merasa bagaikan sebatang ranting lemah yang menjulur dari dahan pohon yang sangat kuat. Dari semua keluarganya Andrew merupakan orang pertama yang merasa tidak pantas diterima di Harvard, kebesaran nama leluhurnya membayang-bayangi rasa percaya dirinya, semakin memperkuat rasa rendah diri yang sudah dibawanya sejak lahir, Sebenarnya Andrew adalah pemuda yang cemerlang, dan dia sangat bahagia jika bisa menolong teman-temannya. Semua teman-temannya menganggap dia orang yang baik dan suka menolong. Dan Harvard bangga menerima Andrew Elliot tanpa dia sadari, karena dia memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki semua teman Harvardnya, dia tidak ambisius!
Kegagalan membina rumah tangganya membuat Andrew makin merasa dirinya tidak memiliki sesuatupun yang bisa dibanggakan, apalagi begitu dia membandingkan dirinya degan teman-teman yang dulu sangat dekat dengan dirinya di Harvard. Mantan teman sekamarnya George Keller yang merupakan pelarian Hongaria sekarang menjadi kandidat Menteri Luar Negeri, Danny Rossi yang hampir tidak lulus pada langkah pertama di Harvard sekarang menjadi pianis terkenal, Ted Lambret yang dulu miskin dan pernah dipinjaminya jas saat kencan pertamanya sekarang menjadi Dekan Harvard. Semua keberhasilan itu semakin membuat rasa percaya dirinya terpuruk.
Andrew terlibat sebagai panitia pengumpul dana untuk universitas, saat bertemu teman-temannya  itulah Andrew menyadari betapa mahalnya harga yang harus dibayar teman-temannya untuk mencapai semua kesuksesan mereka. George yang akhirnya bunuh diri karena tidak tahan akan pengkhianatan yang dilakukannya terhadap orang yang telah melejitkan karirnya, hanya demi mendapatkan kedudukan sebagai menteri, dan hanya Andrew lah satu-satunya yang mengetahui alasan mengapa Danny Rossi mengundurkan diri dari dunia panggung, karena tangannya telah cacat dan tidak bisa lagi bermain piano  akibat terlalu banyak menelan pil-pil dari dokternya agar tidak pernah merasa lelah menekan tuts-tuts piano, dan Ted Lambret yang bercerai dari istrinya karena selingkuh dengan mahasiswanya.
Benarkah Andrew Elliot hanya seorang yang gagal yang tidak memiliki sesuatupun untuk dibanggakan, terkadang manusia tidak menyadari kelebihan dan kebaikan dalam dirinya karena terlalu sibuk membandingkan dengan kelebihan yang dicapai orang lain, sebaliknya juga ada orang yang begitu mencintai dan mengagumi dirinya sendiri sehingga tanpa sadar malah lebih sering menampilkan keburukan-keburukan yang ada dalam dirinya.
Ketika orang-orang bertepuk tangan dan berdiri untuk Andrew Elliot sebagai orang yang telah bekerja keras dan berhasil mengumpulkan dana untuk alumni universitas selama lima tahun terakhir, Andrew tertegun, belum pernah ada yang bertepuk tangan untuk dirinya, bahkan anak-anaknya sekalipun. Dia tidak berdaya menghadapi penghargaan yang begitu tulus, sebab meskipun dia tidak menyadarinya –dan mungkin masih belum dapat dia pahami- menurut ukuran manusia, dia adalah manusia terbaik di angkatan 58. Teman-temannya memilihya menjadi sahabat karena ketulusan hatinya, dan karena ketidak ambisiusannya tak seorangpun ingin menjadikannya lawan.

Komentar

  1. oh ini yg recommended dari itu yah mb....
    okey, okey..jd smakin penasaran...

    rini

    BalasHapus
  2. Mba, masih punya buku ini kah?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?