We Want Change, We Change Now

Hari ini mata kuliah Filsafat lagi, bukannya aku tidak suka dengan mata kuliah yang satu ini, tetapi entahlah semua ditanyakan dengan mengapa tidak ada habisnya. Belum selesai jawaban yang satu sudah disusul dengan mengapa yang lain. Jungkir balik rasanya nalarku, jadi pusing sendiri. Akibatnya aku lebih banyak terkantuk-kantuk mendengarkan dosen yang tetap semangat bertanya mengapa dan mengapa.

Tapi hari ini dosen yang mengajar dosen favoritku  walaupun menurut teman-teman agak susah mengerti apa yang beliau maksud  tetapi karena ceritanya begitu banyak dan dihubungkan dengan kejadian-kejadian sehari-hari yang begitu nyata, membuat aku selalu menanti-nanti jadwal mengajar dosen favoritku ini. Dalam hati aku berharap semoga mata kuliah filsafat hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

Persis seperti yang aku fikirkan, kantuk yang biasanya mulai menyerang karena kuliah dimulai jam 2 siang, setelah makan siang lagi, sirna begitu beliau mulai bercerita. Awalnya begitu antusias aku mendengar ceritanya tentang bagaimana sebuah kebijakan politik akan berdampak pada semua lapisan aspek kehidupan negara termasuk juga pada bidang kesehatan masyarakat. Contohnya ketika kebijakan harga pendidikan semakin mahal akibatnya pendidikan yang bermutu hanya bisa dinikmati oleh masyarakat yang mampu, masyarakat miskin akan semakin bodoh, kemiskinan membuat mereka tidak sanggup membayar fasilitas kesehatan yang memadai. Akhirnya pendidikan yang bermutu dan layanan kesehatan yang memadai hanya menjadi milik sebagian orang yang mampu membelinya.
Beliau mencontohkan kebobrokan moral orang-orang yang seharusnya berlaku bijaksana agar menghasilkan kebijakan yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat, mengeluhkaan ini, mengkritik itu, persis seperti yang sering aku dengar di warung nasi, di TV, di koran di angkot....semua mengeluh, semua mengkritik, aku mulai putus asa....

Aku juga pernah merasakan sulitnya birokrasi, pernah merasakan mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan, juga sering ketakutan menonton peristiwa kriminal yang disajikan televisi. Aku juga sering mengeluh.Tapi hari ini aku bosan, apa sistem ini bisa berubah kalau sekian ratus juta rakyat Indonesia mengeluh, dan memaki pemerintah dan apakah mereka mendengar?

Saat perkuliahan hampir usai beliau berpesan bahwa untuk mengubah sistem secara keseluruhan itu tidak mungkin, jadi kalau tidak mampu mengubah sistem maka mulailah berubah dari diri sendiri, mulai dari hal kecil yang bertahan setiap hari, lama-lama akan menjadi kebiasaan. Dan jika semua rakyat Indonesia sudah mulai berubah menjadi lebih baik, maka kebiasaan baik itu akan menjadi budaya.

Alhamdulillah, tiba-tiba aku merasa punya harapan, itu dia jawaban dari keputusasan ini, berubah mulai dari diri sendiri, jika kita menginginkan perubahan, maka mulailah dari diri sendiri. Maka malam itu aku menyusun rencana mulai dari hal-hal kecil sampai rencana besar jangka panjang yang entah akan terwujud atau tidak nanti. Aku mulai mewujudkannya dari hal yang paling mudah dahulu, malam itu aku berjanji untuk tidak tidur lagi setelah sholat shubuh, hmmm apakah ada hubungannya dengan moral bangsa yang sakit atau apakah akan membawa perubahan kepada budaya yang baik, cuma aku yang tahu jawabnya....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?