Dunia tak selebar layar ponsel

Pada saat ponsel atau handphone pertama kali diluncurkan, sebagian kita mungkin berpikir untuk apa membeli barang yang tidak terlalu penting dengan harga semahal itu, hanya orang-orang berduit yang berprinsip waktu adalah uang yang merasa perlu membeli ponsel untuk memudahkan bisnis mereka. Tapi begitulah para produsen ponsel bertahun-tahun mendidik kita melalui iklan-iklan dan bermacam-macam propaganda tentang pentingnya sebuah ponsel, sampai akhirnya kita yang dulunya merasa asing dan tidak membutuhkan mulai merasa perlu lalu menjadi gaya hidup sampai akhirnya kecanduan ponsel! Sekarang rasanya lumrah saja jika melihat tukang becak atau tukang sayur asik bertelpon ria melalui ponsel sembari menunggu pelanggannya.

Ponsel menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, gaya menulis kita pun tanpa kita sadari semakin menyesuaikan dengan ukuran layar ponsel yang kecil sehingga kita mulai menyingkat kata yang akan dikirimkan lewat sms (short massage service/layanan pesan singkat). Masalahnya apakah gaya menulis yang disingkat-singkat tersebut cocok untuk semua usia, misalnya jika aku ingin membuat janji dengan dosenku aku merasa kurang pas jika menulisnya seperti ini " asw bu, pa ibu ad wkt utk ktm siang ni?kl bs jm brp n dmn bs sy tmui?tks", untuk orang yang sangat kuhormati seperti dosenku aku lebih memilih menulisnya dengan kalimat lengkap seperti ini " assalamualaikum bu, apakah ibu ada waktu untuk ketemu siang ini?kalau bisa jam berapa dan dimana ibu bisa saya temui? terima kasih". Walau pun tidak salah juga kalau orang-orang yang terbiasa menyingkat kata beralasan namanya juga sms/pesan singkat jadi yah sesingkat-singkatnya...

Selain masalah penyingkatan kata dalam mengirim pesan, ada lagi masalah penggunaan tanda baca. Aku sering menerima sms dari teman yang berupa berita atau pernyataan. tapi di akhir kalimat disisipkan tanda seru (!). Nah ini lagi yang sering membuat aku bingung, apa teman yang mengirim pesan ini sedang marah atau salah tekan ya, tapi mengingat seringkali aku menerima pesan dengan tanda seru (!) ini, aku berkesimpulan itu memang kebiasaannya. Ada juga pesan yang diakhir kalimat disisipi tanda tanya (?), tadinya kupikir temanku itu sedang bertanya tapi setelah dibalas pesannya ternyata dia sedang memberitahukan kabar. Aku terheran-heran membaca pesan dengan penggunaan tanda baca yang menurutku kurang sesuai dengan yang diajarkan guru bahasa indonesiaku di SD dulu.

Belum lagi kalau menerima pesan dari sepupuku yang ABG (anak baru gede) huruf-hurufnya bercampur dengan angka-angka. Alay istilah anak muda sekarang, mungkin karena umurku yang sudah jauh dari remaja aku sering pusing membacanya, daripada mengirim pesan aku lebih suka langsung menelponnya, runyam...

Nah, kalau masalah yang terakhir ini adalah masalahku sendiri, selain untuk sms dalam keseharian aku juga sering menggunakan ponsel untuk chatting. Karena jarak tombol-tombol huruf di keyboard ponsel sangat berdekatan aku sering salah menekan karakter, contohya karakter smiley. Pernah sedang asyik chatting dengan seorang teman, seharusnya aku menekan sengihnampakgigi (big smile) tapi jariku terpeleset sehingga menekanmarah(angry) tentu saja aku cepat-cepat meralatnya sengihnampakgigi, atau pernah juga aku salah mengirim cium (kiss) padahal seharusnya aku menekan senyum (smile)...hihihi dalam hati aku berdoa semoga teman chattingku tidak berpikir yang aneh-aneh.

Nah, bayangkan kalau dunia ini hanya selebar layar ponsel..maksudku bukan secara harfiah, tapi bayangkan seandainya cara kita berkomunikasi hanya melalui ponsel (sms, chatting atau lewat jejaring sosial facebook dan twitter), pastilah kehidupan kita hanya diwakili beberapa karakter, ekspresi kita terbatas dengan kode-kode smiley yang kaku itu, bahkan yang lebih parah hidup kita juga akan semakin singkat atau lebih tepatnya disingkat-singkat. Ah ya tentu saja dunia tak sesempit itu...

Komentar

  1. Well done! Good idea. Keep on writing, Tika. Keep on shining... :*

    BalasHapus
  2. oh wooww...you're my big fans sir...thank u very much..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?