Sepuluh ribu buat si miskin dan si kaya

Berikan masing-masing selembar uang sepuluh ribu rupiah kepada seorang miskin dan seorang kaya, maka dia akan menceritakan kisah yang berbeda...

Sepuluh ribu bagi si miskin 
Seorang ibu dengan seragam pegawai negeri sipil menghentikan becak yang lewat di depannya, karena sudah biasa naik becak maka ibu itu tidak menawar lagi harga ongkosnya. Rupanya si ibu minta diantarkan ke pasar yang tidak jauh letaknya dari kantornya, mungkin dia ingin berbelanja sayur untuk dimasak siang ini. Sampai di pasar yang dituju si ibu kemudian turun dan menyerahkan selembar uang sepuluh ribu yang sudah tidak baru lagi kepada Bapak penarik becak tersebut. Bapak tukang becak itu terkejut sambil berkata “uang kecil saja bu, saya baru keluar siang ini belum dapat penumpang, anak saya yang kecil tadi sakit…” Si ibu lalu merogoh saku bajunya mencari uang tiga ribu rupiah yang biasa dia bayar. Tapi rupanya ini tanggal muda, uang di dompetnya masih utuh dalam pecahan seratus ribu dan lima puluh ribuan. Biasanya dia menyimpan uang receh di kantong tasnya tapi kali ini dia lupa membawanya, ibu itu akhirnya berkata  “nggak apa-apa pak kembaliannya buat bapak saja..” .

Bapak tukang becak itu tertegun beberapa saat, dia menghitung seharusnya uang kembalian ibu itu masih banyak tapi dia tak menyangka ibu itu justru memberikan semuanya  kepadanya. Setengah membungkuk dan sedikit tergesa ia mengambil uang sepuluh ribu itu sambil mengucapkan terima kasih. “Terima kasih banyak bu…” sambil menggenggam uang itu, si ibu pun tersenyum sambil berlalu “Iya sama-sama pak…” katanya.

Tukang becak itu kembali mengayuh becaknya sambil sesekali menyentuh lembaran sepuluh ribu yang terasa hangat di kantongnya. Tiba-tiba saja dia merasa “punya uang” sehingga mekarlah senyuman di wajahnya. Nanti uang itu akan dibelikan beras pikirnya, setidaknya beberapa hari ke depan dia bersama istri dan anaknya bisa makan nasi walaupun tanpa lauk sama sekali. Mengingat itu senyumanpun kembali mengembang di wajahnya. Seorang pejalan kaki yang lewat di dekatnya yang melihat  senyuman itu lalu memutuskan untuk naik becaknya “Becak pak…ke pasar ya..” kata penumpang itu. Bapak penumpang becak itu semakin melebarkan senyuman di wajahnya dan mengayuh becaknya dengan semangat, sesekali masih disentuhnya selembar uang sepuluh ribu dikantongnya, masih hangat terasa di sana. 

Sepuluh ribu rupiah buat si kaya
Siang itu seorang ibu makan siang bersama teman-temannya di sebuah restoran terkenal. Dilihat dari pakaiannya tampaknya ibu itu bekerja di sebuah bank pemerintah terkemuka. Sebenarnya dia tidak terlalu lapar siang itu, apalagi karena seragam yang dipakainya makin lama makin sempit karena itu dia mulai berpikir untuk menjalani diet. Sementara teman-temannya menghabiskan makanan yang mereka pesan dia hanya menyentuh sedikit saja makanan itu. Baginya penampilan itu nomor satu, jadi dia tidak ingin badannya semakin melar. 

Setelah cukup lama mereka asik mengobrol sambil makan, ibu itu lalu melambai pada pelayan restoran, pelayan itu menghitung dan mengeluarkan bon. Karena di restoran itu tidak menerima credit card si ibu lalu mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu dan memberikannya kepada pelayan tersebut. Sementara mereka menunggu uang kembalian, pelayan yang lain membereskan sisa-sisa makanan mereka yang masih cukup banyak. Entah apa yang ada di pikiran orang-orang kaya itu, mereka memesan makanan dalam jumlah cukup banyak tetapi hanya menyentuh sedikit saja. Pelayan yang tadi kembali dengan selembar uang sepuluh ribu di tangannya dan mengucapkan terima kasih. Rupanya pemilik restoran itu melarang karyawannya menerima tips dari pelanggannya, si ibu lalu  menyelipkan uang sepuluh ribu itu di kantong roknya dan berlalu.

Ketika sedang menuju mobil yang diparkir, seorang pengemis menghampiri ibu itu. Si ibu teringat uang sepuluh ribu yang tadi dia simpan di kantongnya “tapi ah terlalu besar " pikirnya, dia lalu mengangkat tangannya kepada pengemis itu dan berkata “maaf dulu ya pak…” sambil berlalu terburu-buru menuju mobilnya.

Sore hari seperti biasa ibu itu lalu pulang dari kantor menuju rumahnya. Kemudian berganti dengan baju rumah yang nyaman, pembantu rumah tangganya  membereskan seragam kantor majikannya itu untuk dicuci. Pembantu rumah tangganya adalah seorang wanita tua yang jujur, dia sering menemukan uang yang terselip di kantong seragam majikannya itu, tapi dia tak pernah mengambilnya. Sore itu dia menemukan selembar uang sepuluh ribu yang masih baru, dia lalu menyerahkannya kepada majikannya “Bu, ini uangnya tadi di dalam kantong “. “Taruh saja di atas meja..” kata majikannya tak acuh. Pembantunya meletakkan uang sepuluh ribu itu di atas meja dan berlalu.

Sekarang uang sepuluh ribu itu bergabung dengan lembaran receh lainnya yang tak pernah disentuh, ada lembaran sepuluh ribu yang lain, lembaran lima ribu dan juga pecahan lembaran yang lebih kecil. Mereka sudah lama berada di situ, majikannya mungkin sudah lupa uang itu berada di situ….
Bagi orang kaya itu selembar sepuluh ribu itu terlalu besar nilainya untuk diberikan kepada seorang pengemis, tapi terlalu sedikit nilainya dibandingkan kekayaannya sehingga tak berarti apa-apa. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?