Tatkala Buah Tak Ingin Jatuh Di Dekat Pohonnya


Sore ini aku tercenung di depan televisi setelah menyaksikan sebuah acara talkshow yang dipandu oleh host yang terkenal dengan kepalanya yang sangat licin tak ditumbuhi bulu barang selembarpun. Pada episode kali ini dihadirkan dua orang selebriti wanita yang sering muncul di sinetron. Seleb wanita yang pertama baru saja menikah di usia muda, sedangkan seleb yang kedua belum menikah tapi baru saja menyelesaikan kuliah di sebuah universitas di Jerman.

Persamaan kedua public figure ini adalah mereka berdua mempunyai cita-cita yang sama yaitu : menjadi istri dan ibu rumah tangga yang baik. Pemandu acaranya berulang kali meminta penegasan apakah cita-cita mereka "hanya itu saja", dan berulang kali pula kedua wanita itu mengulangi menyebutkan  cita-citanya.
Cita-cita yang terdengar sederhana itu ternyata lahir dari sebuah ironi yang mereka alami. Seleb pertama yang sudah menikah dibesarkan hanya oleh ayahnya, ibunya kemudian menikah lagi dengan orang lain dan sama sekali tak mempedulikan dirinya. Bahkan dalam tayangan itu diperdengarkan secara live suara ibunya lewat sambungan telpon yang mengatakan bahwa mereka sebenarnya secara tidak sengaja sering bertemu saat sedang jalan-jalan di mall. Sang anak hanya tersenyum kecut, dan cukuplah itu menjelaskan seberapa besar jarak antara dia dan ibunya. 

Seleb wanita yang kedua dibesarkan oleh orang tua yang super sibuk, hampir tidak ada waktu untuk dirinya, dia bahkan menyebut dirinya anak suster karena yang mengasuh dan merawatnya sejak kecil adalah suster atau babby sitternya. Kehampaan dan kurangnya perhatian itu yang membuat seleb yang sudah menyandang gelar sarjana dari sebuah universitas bergengsi di luar negeri ini bercita-cita menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Ketika pemandu acara menanyakan alasan cita-cita mereka itu, mereka berdua menjawab dengan jawaban yang hampir sama karena tidak ingin anak-anak mereka nanti mengalami nasib yang sama seperti mereka. Mereka ingin anak-anak mereka mendapatkan keluarga dan kasih sayang seperti impian mereka selama ini. Menurutku impian itu bisa saja lahir karena karena mereka berlimpahan materi sehingga cita-cita mereka sederhana, karena mereka tak perlu bersusah-payah memikirkan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup, atau mungkin karena mereka memang tidak pernah mengecap kebahagiaan memiliki keluarga yang utuh sehingga mereka berusaha menciptakan keluarga yang mereka impikan selama ini. Berbeda dengan anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang serba kekurangan materi, ketika dewasa mereka memiliki cita-cita untuk bekerja keras agar tidak kekurangan materi seperti orang tua mereka. Kesimpulanku setiap anak memiliki keinginan untuk hidup lebih baik dari yang pernah mereka alami sebelumnya bersama orang tua mereka, walaupun tentu saja ada juga anak yang sangat bergantung dengan sosok orang tuanya bahkan hingga dewasa. 

Sore itu yang membuatku terkesan adalah karena kedua seleb wanita ini dibesarkan di kota metropolitan, menekuni dunia keartisan yang sangat bebas dan sama-sama tidak mendapatkan pengawasan dari orang tua mereka. Aku terkesan dengan kekuatan hati mereka memilih jalan sendiri  untuk memperbaiki dan bukan malah menghancurkan masa depan mereka. Dengan jalan dan cara mereka sendiri mereka berusaha menemukan arus yang tepat untuk membawa mereka jauh ke dunia yang nyaman dan tenteram yang selama ini tidak mereka dapatkan. Mereka menolak menjatuhkan impiannya dekat di bawah pohon keteladanan yang dicontohkan orang tuanya. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?