Anak lelaki bertattoo di dalam angkot

Hari menjelang petang ketika aku selesai mengajar di sebuah universitas, karena udara sudah tidak terlalu panas aku memutuskan untuk mampir dulu ke toko buku, maklum semua buku sudah habis dibaca jadi lebih baik aku jalan-jalan sebentar siapa tau nanti ketemu buku bagus pikirku. Aku menyetop sebuah angkot yang kebetulan lewat, isinya hampir kosong hanya ada seorang anak remaja tanggung yang duduk persis di belakang sopir. Aku mengambil tempat duduk di pojok berseberangan dengan anak laki-laki itu. Posisi duduk yang hampir berhadapan ini membuat aku mau tak mau  jadi sering memperhatikan anak itu. 

Dilihat dari perawakannya yang ringkih dan raut mukanya, aku yakin anak itu usianya paling banyak baru 14 tahun. Mengenakan celana jeans sobek di bagian lutut dan kaos oblong berwarna merah, dan heyyy...apa aku tidak salah lihat...aku terpana melihat lengannya yang dihiasi tattoo. Mataku lekat beberapa detik memandang tattoo di lengannya itu, sepertinya gambar naga atau ular besar, aku tidak terlalu jelas karena anak itu mengepit kedua tangannya di sela pahanya. Anak itu terus saja menunduk, kami hanya sempat berpandangan satu kali waktu aku baru naik tadi. Aku membuang muka ke jendela, tidak enak pada anak itu karena aku terus saja mencuri-curi pandang ke arah tattoo di lengannya. Tapi keterkejutanku tak hanya sampai disitu, lihat apa yang disembunyikan kedua tangannya diantara kedua pahanya itu, sebatang rokok yang masih menyala...! Astaghfirullah...aku tak sadar menghela napas cukup keras, tapi anak itu tetap saja menunduk tidak peduli.
 
Sepanjang perjalanan itu tidak pernah dia menghisap rokoknya. Apakah dia takut padaku, pikirku...Susah payah aku menahan keinginanku untuk meneliti raut mukanya, wajah yang terlihat sedikit kotor, rambut kemerahan dipanggang matahari dengan potongan poni hampir menutupi separuh muka seperti artis boy band korea, tapi wajah itu masih sangat anak-anak... 
Sepertinya anak itu merasa kalau aku dari tadi memperhatikannya, tiba-tiba dia melempar keluar rokok yang dari tadi disembunyikannya..wusss...lalu menunduk lagi memandang jemari kakinya. 

Apa yang terjadi nak, jika kau masih malu menghisap rokok di depanku artinya kau tau kalau itu salah, tetapi mengapa masih kau lakukan juga. Dimanakah orang tuamu, sedihkah mereka melihatmu memulai masa remajamu dengan kenakalan-kenakalan seperti ini. Apakah kau tidak berangkat sekolah nak, apakah kau tak punya uang untuk sekolah, apakah kau yatim piatu, apakah kau dibuang orang tuamu? Aku ingin sekali menyapanya, tapi aku takut anak itu diam saja tidak mempedulikanku, takut nanti dia marah, apalagi hanya ada kami berdua di dalam angkot itu, bagaimana jika dia ternyata penjahat kecil yang sudah terlatih, bisa saja dia menodongku, bisa saja dia merampokku...aku jadi ketakutan dan sedikit merapatkan badanku ke jendela. 

Tak terasa toko buku yang kutuju sudah dekat, aku mengeluarkan uang receh dari dalam kantong bajuku, menyetop angkot lalu turun tanpa menoleh lagi pada anak itu. Ketika akan membayar ongkos, saat itulah anak itu mengeluarkan suaranya "Bu, duitnya jatuh..."  katanya sambil mengangsurkan selembar uang lima puluh ribu padaku. Mukanya terlihat riang dan dia menyeringai memperlihatkan barisan giginya yang kecil kecil. Ya Allah aku terpana melihat wajahnya, muka itu masih sangat polos dan kekanakan, tapi lengannya membiru dipenuhi gambar tattoo. Aku menerima uang yang diberikannya dan hanya bisa mengucapkan "makasih ya, nak..." sengaja kutekankan kata "nak" padanya, aku ingin dia tahu bahwa dia memang masih anak anak. Anak itu terkejut, sekilas ada kilatan aneh di matanya.. Dia diam tidak membalas ucapanku. Aku cepat-cepat membayar ongkos pada sopir yang sudah menunggu, angkot itu pun berlalu...

Dari jauh aku masih bisa melihat anak itu memperhatikanku sampai akhirnya hilang dari pandangan. Aku melangkah masuk ke toko buku, masih tersisa banyak pertanyaan buat anak itu tadi dalam hatiku. Dalam hati aku berdoa untuknya semoga akhirannya indah untukmu nak...walaupun kau memulainya dengan kesalahan..aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?