Resensi Novel Bidadari-Bidadari Surga


Judul              : Bidadari-Bidadari Surga
Hal                 : 365 Halaman
Pengarang    : Tere Liye
Penerbit       :  Republika

Inilah novel yang membuat aku tergugu menahan tangis membacanya sejak dari bab pertama hingga akhir....agak berlebihan? Tapi itulah yang terjadi padaku, penulisnya membuat aku sukses memvisualisasikan kalimat demi kalimat menjadi hampir nyata dalam imajinasiku. Terlebih juga mungkin karena beberapa kejadian dalam novel ini lebih kurangnya pernah aku rasakan sendiri dalam kehidupanku.

Novel ini mengisahkan kehidupan seotang kakak perempuan yang sepanjang hidupnya bekerja keras membiayai kehidupan keluarga dan empat adik-adiknya. Kemiskinan yang membelit keluarga mereka yang sedari kecil sudah menjadi yatim, membuat sang kakak yang bernama Laisa bersumpah akan melakukan apapun untuk adik-adiknya agar mereka tidak selamanya miskin dan bodoh. Tekad itulah yang membuatnya bersikap sangat keras kepada adik-adiknya jika mereka tidak mau bekerja keras untuk belajar dan membantu bekerja di ladang.

Dibalik semua ketegasan sikapnya, kak Laisa sangat mencintai adik-adiknya, dia rela tidak melanjutkan sekolah agar bisa mencari uang untuk menyekolahkan adiknya juga bahkan rela mengorbankan nyawa untuk diterkam harimau demi menyelamatkan nyawa adiknya.

Waktu akhirnya membesarkan adik-adiknya menjadi sosok-sosok yang rupawan dan sukses, sementara kak Laisa tetap tinggal di dusun mereka. Perbedaan diantara merekapun kian mencolok, tidak hanya karena kak Laisa tidak melanjutkan sekolah seperti adik-adiknya tapi juga karena fisiknya sangat berbeda dengan mereka, adik-adiknya semakin tumbuh sedangkan kak laisa semakin jauh tertinggal.

Sampailah saat dimana adiknya telah cukup dewasa untuk berumah tangga, tetapi mereka semua segan untuk melangkahi Kak Laisa. Maka mulailah adik-adiknya berusaha mencarikan jodoh untuk kakak mereka, tapi semuanya berakhir mengecewakan bagi Kak Laisa karena semua laki-laki itu menolaknya hanya karena fisiknya yang tak rupawan seperti adik-adiknya.

Laisa mengerti adik-adiknya tidak ingin melangkahinya, padahal mereka semua sudah memiliki calon pendamping. Laisa sangat mengerti bahwa dirinyalah yang menjadi penghalang kebahagiaan adik-adiknya, dan untuk itu sekali lagi ia dengan keras memaksa adik-adiknya untuk segera menikah dan tidak perlu mempedulikan dirinya.

Waktu berlalu tubuh Laisa yang terbiasa bekerja keras akhirnya rubuh juga digerogoti penyakit yang hanya diketahui oleh ibunya karena Laisa berkeras menyembunyikannya dari adik-adiknya. Dan sampailah saat dimana untuk pertama kali dan terakhir kali dalam hidupnya dia membutuhkan kehadiran adik-adiknya di sisinya. Perjuangan kerasnya selama ini membesarkan dan menjadikan adik-adiknya orang yang hebat sudah selesai, kini adik-adiknya menyaksikan sang kakak yang selalu terlihat keras dan gigih itu terbaring tak berdaya. Dan diiringi kesedihan seluruh penghuni lembah yang menjadi saksi suka duka hidup Kak Laisa, pada suatu sore yang indah Laisa tersenyum untuk selamanya. Laisa kembali ke tempatnya bergabung dengan bidadari-bidadari surga yang lain di sisi Robnya.

Buku ini adalah novel yang sarat makna akan kerja keras, pengorbanan dan penghormatan. Sungguh sebuah rangkaian cerita yang bernilai untuk dibaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?