Musyawarah Buku


 Sekumpulan buku menghuni sebuah lemari kaca. Mereka terdiri dari beberapa jenis buku, rak paling bawah dihuni  buku bacaan, majalah anak–anak dan remaja juga komik yang sudah sangat usang karena usianya sudah puluhan tahun, rak ke dua dihuni buku-buku dan majalah agama, rak tengah atau rak ke tiga ditempati buku-buku dan majalah keterampilan yang masih baru, penghuni rak ke empat adalah buku-buku komputer, berbagai macam buku-buku bahasa pemrograman,  buku manajemen  dan majalah-majalah teknologi, rak paling atas atau rak ke lima berderet rapi novel-novel yang sengaja ditaruh di sana karena pemiliknya jarang sekali mengambil mereka kembali.


Beberapa hari ini mereka menyaksikan dengan iri tuan mereka –pemilik lemari- menaruh atau mengembalikan buku di rak tengah. Mereka menyebut rak tengah itu sebagai rak idola karena disitulah tuan mereka menaruh buku-buku dan majalah yang paling sering dibacanya. Para penghuni baru itu terdiri dari buku-buku keterampilan wanita, mulai dari merajut, menyulam dan juga beberapa buku resep memasak. Buku-buku dan majalah di rak lain hanya bisa berharap agar tuan mereka mau menyentuh mereka dan membuka lembaran-lembaran mereka lagi.

Suasana hening dan tenang yang biasanya terjadi di dalam lemari itu tiba-tiba pecah oleh sebuah isakan dari rak paling bawah, tepatnya dari rak no dua.
Dulu dia begitu cinta kepadaku, dia menghapal ayat-ayat dan hadist dalam lembaran-lembaranku..aku menyaksikan dia menangis karena tersentuh dengan tulisanku, tapi sekarang lihatlah…dia bahkan tak pernah mau menyentuhku lagi…” rupanya isakan itu berasal dari buku Jalan Ruhani Said Hawa.
Semua terdiam karena merasakan kesedihan yang sama, sedih karena sudah begitu lama mereka diabaikan. 
“Aku juga begitu, dulu dia hampir tidak pernah jauh-jauh dariku, aku yang menemaninya begadang sepanjang malam, saat tidurpun aku berada tidak jauh dari sisinya, aku ingat bahkan saat dia sakit dia masih memaksakakan diri memegangku. Dulu dia seperti kecanduan bermalam-malam membaca kami semua yang ada di rak sini, tapi sekarang kami berhimpit-himpitan di sini dan tak pernah keluar lagi dari lemari ini..” suara berat terdengar dari buku Master PHP.
“Huhh…apalagi kami yang berada di rak paling bawah sini, banyak debu dan gelap, aku yakin dia bahkan tidak menyadari kalau kami masih ada di sini” suara anak-anak yang kesal itu berasal dari majalah BOBO.
“Yah kami juga merasakan hal yang sama, walau sering juga dia memberikan teman baru buat kami, tapi kami hanya menemaninya satu atau dua hari setelah itu dia tidak pernah lagi membuka kami, padahal kami adalah pelipur lara di saat hatinya sedang sedih “ suara serak dari The Doctor di rak paling atas.

Keheningan dalam lemari itu segera tergantikan dengan suara-suara bergumam tidak jelas, semua resah memikirkan kata-kata dari beberapa temannya tadi.

“Ehemm…teman-teman boleh saya bicara..” suara berwibawa Belajar Merajut Untuk Pemula terdengar dari rak tengah yang dari tadi diam saja. Semua langsung terdiam mendengar suara itu, mereka ingin tahu apa yang akan dikatakan para penghuni baru di rak idola tersebut.
“Aku tau kalian semua merindukannya, menginginkan agar perhatiannya tak akan pernah berubah dari waktu ke waktu, tapi itu tidak mungkin karena tuan kita semakin dewasa, lingkungannya juga berubah, kebutuhan akan pengetahuan dan minatnya juga berubah. Kita kan tidak ingin melihat tuan kita bicara di depan teman-teman dengan masalah yang itu-itu saja, atau mendengar  tuan kita bicara dengan rekan kerjanya tentang cerita yang ada di majalah kanak-kanak. Kita pasti lebih menginginkan tuan kita punya wawasan yang luas, punya pengetahuan yang bermacam-macam”.

Semua mendengarkan dia bicara, kemudian melanjutkan lagi “Tapi satu hal yang harus kalian tau, kita semua telah ataupun akan menjadi bagian penting dalam kehidupan tuan kita. Setiap kita telah mengajarkan sesuatu yang berguna dalam kehidupannya pada masa yang berbeda, seperti aku saat ini mengajarkannya tentang kesabaran dan ketekunan untuk menghasilkan sebuah karya rajutan, temanku mengajarkannya arti kelembutan dan kepekaan perasaan dalam menyulam sebuah karya, kita semua sangat berarti dalam kehidupannya “.
“Yaa…kami yang mengajarkannya lancar membaca seperti sekarang, kami yang menyaksikannya mengeja tiap huruf-huruf kami di dalam hati. Sekarang dia fasih membaca itu karena kami”. Suara kanak-kanak kompak dari rak paling bawah
“Kami yang membuatnya akhirnya mantap memutuskan berjilbab seperti sekarang, memberikan pemahaman sebagai seorang muslimah yang baik kepadanya” rak ke dua bersuara.
“Jangan lupa kamilah yang mengantarkannya sehingga dia bisa menyelesaikan pendidikannya dan berhasil seperti sekarang ini “ rak ke empat tak mau kalah.
“Kami adalah sahabat-sahabatnya di kala susah dan senang, kamilah pelipur laranya, kami juga menginspirasi tulisan-tulisannya” itu suara dari rak paling atas.

“Benar kan, kita semua adalah bagian penting dalam hidupnya. Walaupun saat ini dia seolah tidak punya waktu lagi untuk memperhatikan kita, tapi kita telah mengajarkan dan memberikan banyak hal kepadanya pada masa yang berbeda“ suara dari buku yang lain di rak tengah.

Semua terdiam sekarang, merenungkan kata-kata dari buku-buku di rak ke tiga. Semua itu benar adanya, mereka adalah bagian penting dalam kehidupan tuannya. Jika mereka tidak ada artinya tidak mungkin tuan mereka masih menyimpan mereka di dalam lemari ini.  Keheningan telah kembali dalam lemari buku tersebut, damai seperti sedia kala karena semua yakin sekarang kalau mereka penting dan sangat berarti bagi tuannya pemilik lemari.
                                                           
                                                                   ………..

Epilog

Aku meletakkan buku Seri Keterampilan Menyulam Pita yang baru selesai kubaca dalam lemari buku. Tapi tiba-tiba mataku menangkap sesuatu yang aneh, di rak buku paling atas ada buku yang keluar dari barisannya, di rak kedua bahkan di rak bawah juga ada masing-masing satu buku dan majalah yang keluar dari susunannya. Seingatku aku selalu meninggalkan buku-buku ini tersusun rapi di setiap raknya. Aku meraih buku di rak paling atas membaca judulnya The Doctor, novel favoritku sampai hari ini. Aku memasukkannya kembali dalam barisan novel-novel yang lain. Di rak ke empat buku Master PHP kuselipkan lagi dalam barisannya, di rak ke dua buku Jalan Ruhani dan di rak paling bawah ada satu majalah Bobo yang bergeser dari tumpukannya kutepiskan debu yang melekat di sampulnya dan mengembalikannya ke tumpukan semula .

Aku memandangi susunan buku dan majalah dalam lemari tersebut, rupanya seiring bertambah umurku minat bacaanku pun berubah pikirku. Aku tersenyum sambil menutup kembali pintu lemari buku tersebut

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?