Negeri di atas laut Bontang Kuala


Sumber Foto : http://pktvbontang.com/bontang-kuala-di-rancang-sebagai-kawasan-pariwisata-sehat/
Selepas sholat ashar kami bersiap meninggalkan sangatta untuk menuju Bontang Kuala. Kali ini yang menyetir adalah suami temanku karena memang jaraknya yang lumayan jauh. Berhubung rute Bontang – Sangatta sudah aku lewati kemaren jadi di mobil aku berusaha tidur. Temanku bahkan sempat bercanda kalau aku akan melewati jalur Sangatta – Bontang sebanyak enam kali wowww…Tapi ternyata jalanan cukup jelek sehingga mobil terkadang terseok-seok dan kami terlonjak-lonjak di dalam mobil, waktu naik travel dari  Balikpapan ke Sangatta aku pasti tidur pulas sehingga tidak tau kalau jalan berlubang dan bergelombang.

Kota Bontang yang aku ketahui terkenal sebagai Kota yang kaya di Kalimantan Timur, di kota ini berdiri tiga perusahaan besar di bidang yang berbeda-beda, Badak NGL (gas alam), Pupuk Kalimantan Timur (pupuk dan amoniak) dan Indominco Mandiri (batubara) serta memiliki kawasan industri petrokimia yang bernama Kaltim Industrial Estate. Kota Bontang selain terkenal karena ada tiga perusahaan itu, juga karena adanya keberadaan tim sepak bola, Bontang FC jadi kami menyempatkan untuk berfoto di depan Stadion Mulawarman Pupuk Kaltim. Adzan magrib berkumandang dan kami menuju Masjid Raya Baiturrahman Bontang, masjidnya unik karena terbuka tanpa dinding sama sekali dengan keseluruhan bangunan berbahan marmer. Bangunan masjid menjulang tinggi. jadi terkesan luas dan angin dingin terasa sejuk tanpa perlu angin buatan dari AC.

Sumber Foto : http://www.pariwisatakaltim.com/informasi/bontang-kuala
 Perjalanan dilanjutkan menuju Bontang Kuala karena perut sudah mulai terasa lapar. Tapi ternyata dari pintu gerbang kawasan Bontang Kuala kami harus berjalan kaki cukup jauh ke restoran yang dituju. Benar saja seperti yang pernah kubaca dari internet memang kawasan ini terletak di atas laut, kami berjalan di atas jalan yang terbuat dari susunan kayu ulin yang tertata rapi. Kendaraan bermotor lalu lalang menimbulkan suara kemeretak yang cukup berisik karena ban melindas papan-papan tersebut.
Rumah-rumah berjejer di sepanjang jalan papan itu, "alangkah susahnya tidur kalau harus mendengar suara kemeretak papan yang dilindas motor itu setiap saat"  kataku.  
" Mereka sudah terbiasa dengan suara-suara itu, malah mungkin bagi mereka jadi seperti nyanyian alam saja" jawab temanku.
"Terus kalau lagi sakit gigi pasti senewen banget ya dengar suara-suara berisik itu"   aku masih juga ngotot.
"Entahlah nanti kita coba saja datang lagi kesini pas sakit gigi" pungkas sahabatku, kami tertawa lepas bersamaan. Senang sekali rasanya bisa bertemu dan ngobrol sesukanya dengan sahabatku ini lagi. Dulu waktu masih kecil kami selalu bersama, bermain ke pantai, ke sawah dan kadang-kadang juga bermalam bergantian di rumahnya atau di rumahku.

Sayangnya hari sudah gelap waktu kami menyusuri jalanan kayu ulin di Bontang Kuala, laut di sekeliling pemukiman itu terlihat gelap jadi tidak bisa diabadikan dengan kamera digitalku. Kaki lumayan pegal dan jantung deg-degan juga menyusuri jalan papan tersebut karena ada beberapa bagian yang kayunya sudah lapuk dan berlubang, di kiri kanan jalan nampak tumpukan kayu ulin mungkin untuk mmperbaiki jalanan yang rusak tersebut. Akhirnya sampai juga di restoran Anjungan Indah yang waktu itu sepi pengunjungnya. Kami memesan seafood dan sambel khas Bontang gammi bawis. Sambil menunggu makanan datang aku melihat-lihat pemandangan di sekeliling restoran, di kejauhan nampak kelap kelip lampu, kata temanku itu dari perusahaan Pupuk Kaltim. Tak berapa lama makanan kami datang, kesampaian juga makan kepiting dan sambal khas bontang gami bawis, sambalnya enak dan daging kepitingnya manis dengan bumbu minimal. Kami menimati makan kemudian siap-siap pulang karena perjalanan yang lumayan jauh. Sepanjang perjalanan pulang aku tertidur karena lelah dan kenyang juga. Mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan petualangan esok hari ke Kota Tepian Samarinda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?