Rafless, Bengkulu dan Singapura

Ini cerita pengalaman pertamaku ke luar negeri, Singapura. Mengapa Singapura? Alasannya karena negara ini sangat dekat dan juga karena aku tidak perlu mengkhawatirkan makanan halal yang mungkin akan sulit kutemui di negara lain. Alasan lainnya yang lebih khusus sebenarnya adalah karena cerita lama yang pernah kudengan tapi entah dari mana sumbernya. konon negeri Singapura ini pernah hendak ditukar pemerintah yang berkuasa saat itu (Jenderal Stanford Rafless) dengan kota kecilku Bengkulu atau Bencoelen, Cerita ini membuat aku penasaran ingin tahu seperti apakah negara yang dulunya sempat hendak ditukar dengan kotaku itu.
Sejarah itu ternyata benar adanya, sudah menjadi kebiasaan bagiku sebelum mengunjungi tempat baru aku selalu mencari tahu tentang cerita dan tempat-tempat yang menarik dari daerah tujuanku. Ada hubungan historis antara Propinsi Bengkulu dengan Negara Singapura, dimana penjajah Inggris dan Belanda pernah melakukan barter antara Bengkulu dan Singapura disebabkan adanya perjanjian Traktat London yang ditanda-tangani pada tanggal 17 Maret 1824. Perjanjian ini mengatur pertukaran kekuasaan Inggris di Bengkulu dengan kekuasaan Belanda di Melaka dan Singapura (Singapura pada masa itu merupakan bagian dari kerajaan Melaka). Karena keduanya sama-sama pernah dijajah oleh negara Inggris dan dipimpin oleh Sir Thomas Stamford Raffles, maka di Singapura terdapat sebuah jalan yang diberi nama “Bencoolen Street” untuk mengenang bahwa Sir Thomas Stamford Raffles pernah menjadi Gubernur di Bengkulu pada tahun 1818 sampai tahun 1824. Sedangkan di Bengkulu sendiri terdapat bunga raksasa  yang di temukan oleh Raffles dan Dr. Arnold (pakar Botani) yang di beri nama Bunga Rafflesia Arnoldy. Bunga Rafflesia Arnoldi saat ini sudah menjadi simbol Propinsi Bengkulu yang dikenal dengan nama Bumi Rafflesia. (sumber  : https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu-Inggris)

Rasa  tidak sabar menunggu perjalanan ke Singapura membuatku tidak bisa tidur. Akhirnya waktu semalaman kuhabiskan untuk  browsing tentang cara ke luar negeri pertama kali. Pencarianku sampai ke blog-blog orang  yang menceritakan pengalaman buruknya berurusan dengan petugas imigrasi. Ada yang dibentak-bentak, ada yang ditahan tanpa alasan tertentu, ada juga yang harus diinterogasi selama berjam-jam dan lain-lain. Memikirkan kejadian tersebut membuat aku ketakutan dan semakin tidak bisa tidur, sejujurnya hal itulah yang membuat aku selalu ragu untuk berlibur ke luar negeri, Membayangkan kejadian tak mengenakkan dan berurusan dengan petugas imigrasi yang berwajah seram membuatku akhirnya memilih liburan di dalam negeri saja. Aku mulai berkhayal tentang kejadian-kejadian tak mengenakkan yang mungkin akan kualami dan akhirnya aku lelah juga lalu tertidur menjelang adzan shubuh.

Dengan rasa kantuk yang masih sangat kuat aku terbangun  oleh suara alarm dari handphoneku. Mengingat hari ini akan melakukan perjalanan pertama ke Singapura mataku kembali terbuka dan bersemangat untuk segera bersiap-siap. Jam 6 pagi diantar sopir taxi aku berdua saja dengan temanku berangkat menuju pelabuhan Batam Center, sampai disana kami menuju lantai 2 tempat counter check in berada. Syukurnya kami sudah membeli tiket kapal kemarin sekaligus juga melihat dimana tempat counter check ini jadi kami tidak bingung lagi.  Antrian sudah terlihat tapi belum terlalu ramai. Di monitor tidak tertera nama kapal yang akan kunaiki, aku dan temanku jadi ragu-ragu untuk masuk dalam antrian. 
“Mas, ini antrian kapal yang mau berangkat yang jam 7 ya? Temanku bertanya kepada anak muda yang sedang mengantri di belakang kami. 
“Kalau belum ada nama kapalnya di monitor berarti belum boleh masuk. Ini untuk kapal yang berangkat jam 6” kata anak itu. 

Mendengar itu Aku dan temanku segera memisahkan diri dari antrian dan memutukan untuk membeli sarapan dulu. Ada penjual makanan yang menjual banyak menu sarapan yang kelihatannya enak-enak, Kami memilih sarapan nasi lemak dan menikmati sarapan di kedai tersebut. Setelah jam menunjukkan hampir pukul 7, kami memutuskan untuk masuk ke dalam antrian lagi, kali ini di monitor juga masih belum tertera nama kapal yang akan kami naiki. Tapi aku memutuskan untuk tetap masuk dan check in saja, teryata  asal sudah punya tiket untuk berangkat kita diperbolehkan masuk dan check in kapan saja. 
"Yahhh kita dikerjain sama anak tadi" kata temanku.

Sampai di dalam, antrian sudah mengular dan melingkar-lingkar panjaaang sekali. Ada hikmahnya juga tadi keluar dari antrian yang pertama jadi sudah sarapan dan kuat berdiri menunggu antrian ini bergerak. Sampai giliranku jantungku mulai deg-degan melihat petugas imigrasi di depan , petugas itu menyebutkan namaku dan aku menjawab dengan tegas, semuanya lancar dan berlangusng sangat singkat. Yah tentu saja pikirku, ini kan masih di dalam negeri. Baiklah aku sudah siap bertualang ke luar negeri dengan temanku.

Sebelum masuk ke kapal kami bergantian berfoto, maklum ini pertama kalinya naik kapal cepat. Selesai berfoto kami masuk kedalam kapal dan langsung naik ke tangga atas, aku terkejut melihat beberapa penumpang dengan asiknya merokok. Waduhh pikirku bakalan sakit kepala kalau selama perjalanan menghirup asap rokok, walaupun udaranya cukup bebas karena tidak ada dinding tapi tetap saja baunya menggangguku. 
“Ke kamar kecil dulu yuk, mumpung mtoiletnya masih ada airnya” kataku sambil bercanda ke temanku. Dari cerita yang kami baca di internet orang luar negeri tidak menggunakan air  tapi tissue toilet. Ternyata di bawah  ada ruang penumpang yang ber AC, bagian atas memang dikhususkan untuk penumpang yang ingin merokok. Ooooh begitu.. aku dan temanku menertawakan kekonyolan kami yang sok tahu.
Ruang penumpang yang di bawah sudah hampir penuh, syukurlah akhirnya kami berhasil menemukan tempat duduk di dekat jendela. Di sebelah kami pasangan keturunan Tionghoa yang sangat ramah, setelah kuberitahu bahwa ini adalah perjalanan pertamaku ke luar negeri mereka mengajariku cara mengisi kartu imigrasi, mereka juga bercerita kesibukan bisnis mereka sehingga hamper setiap hari harus bolak-balik Batam - Singapura.
Lain kali kalau mau liburan jangan pas weekend, ramai sekali antrian di imigrasi bisa berjam-jam” kata suaminya.

Pemandangan dari jendela di kapal kemudian mulai membosankan dan akhirnya aku tertidur. Suara petugas yang memberitahukan kapal akan segera berlabuh membangunkanku.. Di luar jendela mulai kelihatan beberapa gedung tinggi dan kereta gantung berseliweran di langit Singapura yang mendung. Aku melihat ke samping tempat dudukku sudah hampir sepi, padahal kapal belum berhenti. Kemana orang-orang tadi, pikirku heran. Ternyata orang-orang sudah menyemut antri di dekat pintu keluar kapal.
“Biarkan saja,  mungkin mereka orang sibuk kan pebisnis, kalau kita kan mau liburan” kata temanku

Kapal berlabuh sempurna, aku sangat bersemangat ingin segera mengantri di pintu keluar. Dari luar jendela aku melihat orang-orang yang sudah keluar dari kapal semuanya berlari 
Mereka mau kemana?“ aku masih penasaran. 
“Buru-buru mungkin” kata temanku acuh. 
Aku masih heran memperhatikan semua orang berlari. ternyata mereka ingin antri secepatnya di bagian imigrasi, dan benar saja saat aku sampai di counter imigrasi kembali aku melihat manusia mengular dan melingkar-lingkar panjang sekali. Aku berada di barisan paling belakang tapi di belakangku juga sudah panjang sekali dengan penumpang yang baru tiba dengan kapal yang lain.
“Yahh…antri lagi” dalam hati aku mulai mengeluh.
Tiba-tiba seorang petugas imigrasi berseragam biru tua berteriak kepadaku
“Ke belakang ke belakang!” sambal tangannya menunjuk kearah counter lain yang kosong. Alhamdulillah rupanya ada counter lain yang dibuka.
“Nasib baik kita Bu, mereka mau membuka counter lagi” kata seorang Bapak di belakangku. “Alhamduliillah” aku tersenyum kecut.

Di depan temanku sedang melewati bagian imigrasi, rasa takut mulai menyerangku lagi teringat cerita-cerita seram berurusan dengan bagian imigrasi Singapura. Tak sengaja juga aku melirik ke ruangan yang sedikit terbuka di sebelah counter, ada beberapa orang sedang duduk dan beberapa petugas bolak-balik ke ruangan itu. Itu pasti ruangan tempat orang-orang yang bermasalah dengan bagian imigrasi pikirku semakin cemas
Aku tidak sempat berlama-lama memikirkan hal tersebut karena kemudian sudah tiba giliranku menghadap bagian imigrasi. Di counter sebelah temanku masih belum beranjak dari pemeriksaan itu. “Good morning” aku tersenyum takut-takut ke petugas imigrasi, seorang pemuda bertampang melayu dan ganteng juga. Dia membalas “morning” sambil tersenyum tipis. Walau sekilas senyumnya bisa membuat hatiku nyaman.. Dia menanyakan namaku sekali lagi kemudian menyuruhku menempelkan kedua jari di mesin pemindai sidik jari.
Tiba-tiba “First time using this passport?” dan wajahnya berubah sangat serius sekarang, dia memelototi selembar demi selembar pasportku yang masih kosong. Aku mulai gelisah apalagi melihat temanku sudah selesai dan menungguku di luar counter itu. Sampai di halaman terakhir pasportku petugas itu berkali-kali mendekatkannya ke matanya seolah ada yang salah. 
Ini dia pikirku mulai panik, aku akan digiring ke ruangan interogasi itu dan ditanyai macam-macam. Aku mulai sangat gelisah, kugigit bibirku untuk menenangkan diri dan agar tetap terlihat tenang. Rasa dingin mulai membuatku mual.

"Pletak...pletak...."suara palu cap dipukulkan sedemikian keras mengagetkanku, petugas itu memberi stempel ke pasportku , aku diperbolehkan masuk ke negara Singapura. Alhamdulillah, aku langsung mengembangkan senyum lebar sambil menerima pasporku dan setengah berlari menyusul temanku yang sudah menunggu dari tadi.
"Ditanyain apa tadi " tanya temanku.
"Gak ditanya, cuma dipelototin" Aku dan temanku tertawa-tawa, dia juga sama bersemangat dan takutnya seperti aku karena ini juga pengalaman pertama baginya ke luar negeri.

Dengan semangat kami berdua meneruskan perjalanan. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada kesulitan pikirku.

Bersambung ke bagian : Singapura, ini kali pertama..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Story (Erich Segal)

Resensi Buku : Three Cups of Tea

Dimanakah Hari Tuaku Berada?